Yogyakarta selalu dikenal sebagai kota budaya sekaligus surga kuliner. Dari gudeg manis nan legendaris hingga bakpia yang manis legit, Jogja tidak pernah kehabisan sajian khas untuk memanjakan lidah. Namun, belakangan ada satu kuliner yang mendadak viral dan menjadi bahan pembicaraan pecinta makanan: Sate Klathak.
Sate berbahan dasar daging kambing ini bukanlah sate biasa. Dengan bumbu sederhana dan cara penyajian unik, Sate Klathak mampu memikat hati banyak wisatawan. Tak hanya sekadar makanan, sate ini telah menjelma menjadi ikon kuliner Jogja, terutama di kawasan Bantul.
Baca Juga : Ayam Sambel Ijo Tanpa Santan, Tetap Nikmat
Sejarah dan Asal Usul Sate Klathak
Sate Klathak berasal dari daerah Jejeran, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Nama “Klathak” sendiri dipercaya berasal dari suara daging kambing yang terbakar di atas bara api saat dipanggang, menimbulkan bunyi “klathak-klathak”. Dari sinilah kemudian masyarakat menyebut sate khas ini dengan nama Sate Klathak.
Awalnya, sate ini hanya dijual secara sederhana oleh pedagang kaki lima di Bantul. Namun, karena cita rasanya yang unik dan berbeda dari sate pada umumnya, lambat laun sate ini mulai dikenal luas. Kehadirannya dalam berbagai program televisi kuliner serta liputan media sosial membuat Sate Klathak semakin naik daun hingga viral di berbagai platform digital.
Ciri Khas Sate Klathak
Ada beberapa hal yang membuat Sate Klathak berbeda dari sate kambing lainnya:
-
Tusukan Besi, Bukan Bambu
Jika sate biasa ditusuk dengan bambu, Sate Klathak justru menggunakan jeruji besi sebagai pengganti tusukan. Alasan utamanya, besi mampu menghantarkan panas dengan baik sehingga daging matang merata hingga ke dalam. -
Bumbu Super Sederhana
Tidak ada bumbu kacang atau kecap manis yang kental. Sate Klathak hanya dilumuri garam dan sedikit merica sebelum dibakar. Kesederhanaan bumbu inilah yang justru membuat rasa daging kambingnya semakin menonjol dan otentik. -
Potongan Daging Tebal
Daging kambing dipotong dalam ukuran cukup besar dan tebal. Saat digigit, terasa juicy dan empuk, berbeda dengan sate biasa yang lebih kecil dan kering. -
Disajikan dengan Kuah Gulai
Sate Klathak biasanya disajikan bersama kuah gulai beraroma rempah. Kuah ini menjadi pelengkap yang membuat sensasi makan semakin nikmat.
Kenapa Sate Klathak Bisa Viral?
Ada beberapa faktor yang membuat Sate Klathak viral dan banyak diburu wisatawan:
-
Keunikan Tusuk Besi: Jarang sekali ada sate menggunakan jeruji besi. Hal ini membuat orang penasaran dan ingin mencoba.
-
Konsep Back to Basic: Di tengah maraknya sate dengan bumbu kompleks, kesederhanaan garam dan merica justru menjadi daya tarik.
-
Sensasi Media Sosial: Foto sate dengan tusukan besi besar terlihat estetik dan unik, membuatnya sering viral di Instagram, TikTok, hingga YouTube.
-
Rekomendasi Food Vlogger: Banyak konten kreator kuliner yang mempopulerkan sate ini, sehingga popularitasnya meningkat pesat.
Pengalaman Menikmati Sate Klathak
Ketika pertama kali mencoba, pengunjung biasanya terkesan dengan potongan daging yang besar. Saat dipanggang, aroma daging kambing segar bercampur dengan bara arang menguar, menimbulkan rasa lapar semakin kuat.
Saat sate disantap bersama kuah gulai, perpaduan sederhana garam dan rempah kuah memberikan sensasi unik. Tidak ada rasa enek khas daging kambing karena pemilihan daging segar dan proses panggang yang tepat.
Bagi pencinta kuliner, Sate Klathak bukan hanya soal rasa, melainkan juga pengalaman makan yang autentik. Duduk di warung sederhana, menikmati sate panas, ditemani teh hangat atau es jeruk, menjadi pengalaman yang tak tergantikan.
Tempat Populer Menikmati Sate Klathak
Beberapa warung di Bantul yang terkenal menyajikan Sate Klathak antara lain:
-
Sate Klathak Pak Pong – yang paling legendaris dan selalu ramai pengunjung.
-
Sate Klathak Pak Bari – dikenal luas setelah muncul di film “AADC 2”.
-
Sate Klathak Pak Jede – menawarkan suasana santai dengan porsi melimpah.
Ketiga tempat tersebut kini selalu dipadati wisatawan, terutama pada malam hari. Bahkan tak jarang pengunjung harus rela antre panjang demi menikmati sate viral ini.
Nilai Budaya dalam Sate Klathak
Selain sebagai kuliner, Sate Klathak juga mencerminkan falsafah hidup masyarakat Jogja. Sederhana, namun penuh makna. Dengan bumbu minimalis, sate ini mengajarkan bahwa kesempurnaan rasa bisa muncul dari hal-hal yang tampak sederhana.
Bahkan, dalam konteks sosial, menikmati Sate Klathak sering kali menjadi ajang kebersamaan. Orang-orang datang bergerombol, bercengkerama, dan berbagi cerita sambil menunggu sate matang di atas bara.
Tips Menikmati Sate Klathak
-
Datanglah saat malam hari untuk suasana yang lebih khas.
-
Siapkan waktu ekstra karena biasanya antre cukup panjang.
-
Nikmati sate bersama nasi hangat dan kuah gulai agar lebih mantap.
-
Jangan lupa abadikan momen dengan foto tusukan besi khasnya.
Sate Klathak, Dari Bantul ke Dunia
Sate Klathak adalah bukti bahwa kuliner sederhana bisa menjadi fenomena besar. Dengan bumbu garam dan merica saja, makanan ini berhasil viral dan menjadi salah satu daya tarik utama wisata kuliner Jogja.
Tak hanya soal rasa, Sate Klathak juga membawa cerita tentang budaya, kebersamaan, dan kesederhanaan masyarakat Yogyakarta. Bagi siapa pun yang datang ke Jogja, rasanya belum lengkap tanpa mencicipi sate unik ini.
Baca Juga : Bebek Madura Goreng Bumbu Khas Lamongan